KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke-hadirat Allah SWT atas
segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, kami yang masih dalam tahapan belajar
ini dapat menyelesaikan laporan kimia tentang titrasi asam-basa.
Dalam makalah ini kami menjelaskan mengenai penjelasan
secara singkat tentang titrasi asam-basa.Adapuan tujuan kami menulis laporan
ini yang utama untuk memenuhi tugas sekolah dari guru pembimbing kami.Kami
menulis laporan ini untuk mengetahui lebih rinci mengenai titrasi asam-basa.
Kami mengucapkan banyak terimakasih kepada yang telah
meluruskan praktikum kami.Kami menyadari laporan ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh sebab itu,diharapkan kritik dan saran pembaca demi
kesempurnaan laporan kami ini untuk ke depannya. Semoga laporan ini
bermanfaat bagi kita semua terutama bagi
pembaca khususnya siswa-siswi SMA Negeri 2 Mataram.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak
yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai
akhir.Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita.Amin.
Mataram, 26 Februari 2013
Penulis
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Berbicara
masalah reaksi asam-basa atau yang biasa juga disebut reaksi penetralan, maka
tidak akan terlepas dari titrasi asam-basa. Perlu dipahami terlebih dahulu
bahwa reaksi asam-basa atau reaksi penetralan dapat dilakukan dengan titrasi
asam-basa.Adapun titrasi asam-basa ini terdiri dari titrasi asam kuat-basa
kuat, titrasi asam kuat-basa lemah, titrasi basa lemah-asam kuat, dan titrasi
asam lemah-basa lemah.Titrasi asam-basa ini ditentukan oleh titik ekuivalen
(equivalent point) dengan menggunakan indikator asam-basa.
Setelah mengetahui hal tersebut,
perlu juga kita ketahui bahwa titrasi merupakan suatu metode untuk menentukan
kadar suatu zat dengan menggunakan zat lain yang sudah dikethaui
konsentrasinya. Titrasi biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang
terlibat di dalam proses titrasi, sebagai contoh bila melibatan reaksi asam
basa maka disebut sebagai titrasi asam basa, titrasi redox untuk titrasi yang
melibatkan reaksi reduksi oksidasi, titrasi kompleksometri untuk titrasi yang
melibatan pembentukan reaksi kompleks dan lain sebagainya.
Zat yang akan
ditentukan kadarnya disebut sebagai “titrant” dan biasanya diletakan di dalam
Erlenmeyer, sedangkan zat yang telah diketahui konsentrasinya disebut sebagai
“titer” dan biasanya diletakkan di dalam “buret”. Baik titer maupun titrant
biasanya berupa larutan. Pada laporan kali ini akan di jelaskan mengenai
titrasi asam-basa.
1.3 Maksud
dan Tujuan Percobaan
1.3.1 Maksud Percobaan
Maksud
dari percobaan ini adalah untuk mengetahui dan memahami serta menentukan
konsentrasi asam atau basa melalui metode titrasi dengan menggunakan alat bantu
pipet tetes, stan, buret, dan alat titrasi.
1.3.2 Tujuan Percobaan
Untuk menentukn kadar suatu larutan
HCL dengan menggunakan NaOH 0,1 M
1.4 Manfaat
Beberapa
manfaat yang bisa kita peroleh dari percobaan/penelitian yang kita lakukan
yaitusebagai berikut.
Dengan
adanya penelitian/percobaan ini yaitu pengetahuan siswa menjadi lebih bertambah
dalam menentukan konsentrasi asam/basa dari suatu larutan yang diujikan
sehingga diharapkan dapat bermanfaat pada kehidupan sehari-hari
BAB
II
PEMBAHASAN
5.1Titrasi Asam-Basa
Reaksi
asam-basa dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi larutan asam atau
larutan basa. Penentuan itu dilakukan dengan cara meneteskan larutan basa yang
telah diketahui konsentrasiya ke dalam sejumlah larutan asam yang belum
diketahui konsentrasinya atau sebaliknya. Penetesan dilakukan hingga asam dan
basa tepat habis bereaksi.Waktu penambahan hingga asam dan basa tepat habis
disebut titik ekuivalen.Dengan demikian, konsentrasi asam atau basa dapat
ditentukan jika salah satunya sudah diketahui. Proses penetapan konsentrasi
tersebut disebut titrasi asam-basa.
Titrasi merupakan suatu metode untuk
menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan zat lain yang sudah dikethaui
konsentrasinya. Titrasi biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang
terlibat di dalam proses titrasi, sebagai contoh bila melibatan reaksi asam
basa maka disebut sebagai titrasi asam basa, titrasi redox untuk titrasi yang
melibatkan reaksi reduksi oksidasi, titrasi kompleksometri untuk titrasi yang
melibatan pembentukan reaksi kompleks dan lain sebagainya.
Zat yang akan ditentukan kadarnya
disebut sebagai “titrant” dan biasanya diletakan di dalam Erlenmeyer, sedangkan
zat yang telah diketahui konsentrasinya disebut sebagai “titer” dan biasanya
diletakkan di dalam “buret”. Baik titer maupun titrant biasanya berupa larutan.
Pada laporan kali ini akan di jelaskan mengenai titrasi asam-basa.
5.2 Prinsip Titrasi Asam-Basa
Titrasi asam basa melibatkan asam
maupun basa sebagai titer ataupun titrant.Titrasi asam basa berdasarkan reaksi
penetralan.Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa dan
sebaliknya.
Titrant ditambahkan titer sedikit
demi sedikit sampai mencapai keadaan ekuivalen ( artinya secara stoikiometri
titrant dan titer tepat habis bereaksi). Keadaan ini disebut sebagai “titik
ekuivalen”.
Pada saat titik ekuivalent ini maka
proses titrasi dihentikan, kemudian kita mencatat volume titer yang diperlukan
untuk mencapai keadaan tersebut. Dengan menggunakan data volume titrant, volume
dan konsentrasi titer maka kita bisa menghitung kadar titrant.
5.3 Cara Mengetahui Titik
Ekuivalen
Ada dua cara umum untuk menentukan
titik ekuivalen pada titrasi asam basa.
Memakai pH meter untuk memonitor
perubahan pH selama titrasi dilakukan, kemudian membuat plot antara pH dengan
volume titrant untuk memperoleh kurva titrasi. Titik tengah dari kurva titrasi
tersebut adalah “titik ekuivalent”.
Memakai indikator asam basa.
Indikator ditambahkan pada titrant sebelum proses titrasi dilakukan. Indikator
ini akan berubah warna ketika titik ekuivalen terjadi, pada saat inilah titrasi
kita hentikan.
Pada umumnya
cara kedua dipilih disebabkan kemudahan pengamatan, tidak diperlukan alat
tambahan, dan sangat praktis.
Indikator yang dipakai dalam titrasi
asam basa adalah indicator yang perbahan warnanya dipengaruhi oleh
pH.Penambahan indicator diusahakan sesedikit mungkin dan umumnya adalah dua
hingga tiga tetes.
Untuk memperoleh ketepatan hasil
titrasi maka titik akhir titrasi dipilih sedekat mungkin dengan titik
equivalent, hal ini dapat dilakukan dengan memilih indicator yang tepat dan
sesuai dengan titrasi yang akan dilakukan.
Keadaan dimana titrasi dihentikan
dengan cara melihat perubahan warna indicator disebut sebagai “titik akhir
titrasi”.
5.4 Rumus Umum Titrasi
Pada saat titik ekuivalen maka
mol-ekuivalent asam akan sama dengan mol-ekuivalent basa, maka hal ini dapat
kita tulis sebagai berikut:
mol-ekuivalen asam =
mol-ekuivalen basa
Mol-ekuivalen diperoleh dari hasil
perkalian antara Normalitas dengan volume maka rumus diatas dapat kita tulis
sebagai:
NxV asam = NxV basa
Normalitas diperoleh dari hasil perkalian antara
molaritas (M) dengan jumlah ion H+ pada asam atau jumlah ion OH pada basa,
sehingga rumus diatas menjadi:
nxMxV asam = nxVxM basa
Keterangan :
N = Normalitas
V = Volume
M = Molaritas
n = jumlah ion H+ (pada asam) atau OH – (pada basa)
N = Normalitas
V = Volume
M = Molaritas
n = jumlah ion H+ (pada asam) atau OH – (pada basa)
BAB
III
METODE
KERJA
A. Alat dan Bahan:
a. Alat:
·
3 buah tabung Erlenmeyer
·
Buret
·
Gelas ukur
·
Pipet tetes
·
Tabung Ukur
b. Bahan:
·
10 ml larutan HCl dalam sebuah erlenmeyer
·
3 tetes fenolftalein (PP) dalam sebuah
erlenmeyer
·
Larutan NaOH
B. Cara Kerja:
1. Masukkan 10 mL larutan HCl dan 3 tetes
indikator fenolftalein ke dalam masing-masing erlenmeyer.
2. Isi
buret dengan larutan NaOH 0,1 M hingga garis 0 mL.
3. Tetesi
larutan HCl dengan larutan NaOH. Penetesan harus dilakukan secara hati-hati dan
erlenmeyer terus-menerus diguncangkan.Penetesan dihentikan pada saat terjadi
perubahan warna yang tetap, yaitu merah muda.
4. Ulangi
prosedur di atas hingga diperoleh 3 data yang hampir sama.
BAB
IV
Hasil
Pengamatan dan Analisis Data
C. Hasil Pengamatan:
No.
|
Volum larutan
HCl yang digunakan
|
Volum larutan
NaOH yang digunakan
|
1.
|
10
ml
|
4.1
ml
|
2.
|
10
ml
|
3
ml
|
3.
|
10
ml
|
3,2
ml
|
D. Anlisis Data/Pertanyaan:
1. Tentukan
volum rerata larutan NaOH yang digunakan.
2. Tentukan
jumlah mol NaOH yang digunakan.
3. Tentukan
jumlah mol HCl berdasarkan perbandingan koefisien reaksi.
NaOH(aq)
+ HCl (aq)
NaCl(aq) + H20 (l)
4. Tentukan
kemolaran suatu larutan HCl tersebut.
E.
Jawaban:
1. Diketahui:
Volum
NaOH pada Gelas 1 (V1) = 4,1 mL
Volum
NaOH pada Gelas 2 (V2) = 3 mL
Volum
NaOH pada Gelas 3 (V3)= 3,2 mL
Ditanyakan:
Volum rerata NaOH yang digunakan = ... ?
Penyelesaian:
Volum rerata NaOH yang digunakan :
= = = 3,43 mL
Jawaban:
Jadi volum rerata NaOH yang digunakan adalah 3,43 mL.
2. Diketahui:
M
= 0,1 M
V
NaOH = 3,43 mL
Ditanyakan:
n NaOH = ... ?
Penyelesaian:
n NaOH = M . V
= 0,1 M . 3,43 mL
= 0,343 mol.
Jawaban:
Jadi jumlah mol NaOH yang digunakan
adalah 0,343 mol.
3. Diketahui:
Koefisien
HCl = 1
Koefisien
NaOH = 1
n
NaOH = 0,343 mol
Ditanyakan:
n HCl berdasarkan perbandingankoefisien reaksi= ... ?
Penyelesaian:
n HCl berdasarkan perbandingan
koefisien reaksi tsb. adalah :
=
0,343 mol.
Jawaban:
Jadi jumlah mol HCl berdasarkan
perbandingan koefisien reaksi tersebut adalah 0,343 mol.
4. Diketahui:
n
HCl = 0,343 mol
V
HCl = 10 mL
Ditanyakan:
M HCl = ... ?
Penyelesaian:
M HCl =
=
= 0,0343 M
= 0,034 M
Jawaban:
Jadi kemolaran larutan HCl tersebut
adalah 0,034 M.
BAB
V
Penutup
Kesimplan :
Kadar atau konsentrasi HCl (asam) dapat ditentukan melalui proses titrasi,
yaitu dengan mereaksikan HCl (titrat) yang ditambahkan 2 tetes indicator PP
dengan NaOH (titran). Titrasi harus dihentikan bila larutan HCl yang
dicampurkan dengan 2 tetes indikator berubah warna dari bening hingga menjadi
pink. Volume NaOH yang digunakan akan mempengaruhi hasil konsentrasi dari HCl
tersebut, sehingga harus sangat berhati-hati melakukan praktikum ini. Setelah
volume NaOH (basa) diketahui, barulah Konsentrasi HCl (asam) bisa dihitung.
DAFTAR
PUSTAKA
Purba, Michael.
2006. Kimia Untuk SMA Kelas XI Semester 1.
Jakarta: Airlangga
Susilowati, Endang., Theory and
Application of Chemistry, Bilingual, Jakarta.
LAPORAN AKHIR
PRAKTIKUM KIMIA DASAR I
JUDUL PERCOBAAN :
TITRASI ASAM BASA
JURUSAN/ PRODI/ KLS :
FISIKA / S1 PEND FISIKA /A
KELOMPOK :
VI ( ENAM)
REKAN KERJA :
1.
ABU BAKAR
2.
DESI FITRIANI
3.
DEWI
SINTA ISMAIL
4.
DIANA LADIKU
5.
FARID PRASETIAWAN
LABORATORIUM
KIMIA
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN IPA
UNIVERSITAS
NEGERI GORONTALO
2011
MODUL
III
|
A. JUDUL : TITRASI
ASAM BASA
B. TUJUAN :
Melakukan titrasi asam basa untuk menentukan konsentrasi
suatu larutan asam.
C. DASAR TEORI
Titrasi merupakan salah satu cara untuk menentukan konsentrasi larutan
suatu zat dengan cara mereaksikan larutan tersebut dengan zat lain yang
diketahui konsentrasinya. Prinsip dasar titrasi asam basa didasarkan pada
reaksi nertalisasi asam basa.
Titik ekivalen pada titrasi asam basa adalah pada saat dimana sejumlah asam
tepat di netralkan oleh sejumlah basa. Selama titrasi berlangsung terjadi
perubahan pH. pH pada titik equivalen ditentukan oleh sejumlah garam yang
dihasilkan dari netralisaasi asam basa. Indikator yang digunakan pada titrasi
asam basa adalah yang memiliki rentang pH dimana titik equivalen berada. Pada
umumnya titik equivalen tersebut sulit untuk diamati, yang mudah dimatai adalah
titik akhir yaang dapat terjadi sebelum atau sesudah titik equivalen tercapai.
Titrasi harus dihentikan pada saat titik akhir titrasi tercapai, yang ditandai
dengan perubahan warna indikator. Titik akhir titrasi tidak selalu berimpit
dengan titik equivalen. Dengan pemilihan indikator yang tepat, kita dapat memperkecil
kesalahan titrasi.
Pada titrasi asam kuat dan basa kuat, asam lemah dan basa lemah dalam air
akan terurau dengan sempurna. Oleh karena itu ion hidrogen dan ion hidroksida
selama titrasi dapat langsung dihitung dari jumlah asam atau basa yang ditambahkan.
Pada titik equivalen dari titrasi asam air, yaitu sama dengan 7.
Secara umum,
asam memiliki sifat sebagai berikut:
1. Rasa: masam
ketika dilarutkan dalam air.
2. Sentuhan: asam terasa menyengat bila disentuh, terutama bila asamnya asam kuat.
3. Kereaktifan: asam bereaksi hebat dengan kebanyakan logam, yaitu korosif
terhadap logam.
4. Hantaran listrik: asam, walaupun tidak selalu ionik, merupakan elektrolit.
5. mengubah lakmus biru menjadi merah
Sifat-sifat
Basa :
1. Kaustik
2. Rasanya pahit
3. Licin seperti
sabun
4. Nilai pH lebih
dari sabun (>7)
5. Mengubah warna
lakmus merah menjadi biru
6. Dapat
menghantarkan arus listrik
Titrasi Asam
Kuat - Basa Kuat
Contoh :
Asam kuat : HCl
Basa kuat : NaOH
Persamaan Reaksi :
HCl + NaOH → NaCl + H2O
Reaksi ionnya :
H+ + OH- →
H2O
Kurva Titrasi Asam Kuat Basa Kuat
Titrasi
asam basa merupakan contoh analisis glumetri, yaitu suatu cara atau metode yang menggunakan larutan yang disebut
titran dan dilepaskan dari perangkat gelas yang disebut buret. Titik dalam
titrasi dimana titran yang telah ditambahkan cukup untuk bereaksi secara tepat
dengan senyawa yang ditentukan disebut titik ekivalen atau titik stoikhiometri,
titik ini sering ditandai dengan perubahan warna senyawa yang disebut
indikator.
Berikut ini
syarat-syarat yang diperlukan agar titrasi yang dilakukan berhasil :
1. Konsentrasi titrasi harus diketahui. Larutan seperrti ini disebut larutan
standar.
2. Reaksi yang tepat antara titran dan senyawa yang dianalisis harus
diketahui.
3. Titik stoikhiomtri atau titik ekivalen harus diketahui. Indikator yang
memberiakan perubahan warna, atau sangat dekat pada titik ekivalen yang sering
digunakan. Titik pada saat indikator berubah warna disebut titik akhir.
4. Volume titran yang dibutuhkan untuk mencapai titik ekivalen harus diketahui
setepat mungkin.
Proses titrasi asam basa sering dipantau dengan penggambaran pH larutan
yang dianalisis sebagai fungsi jumlah titran yang ditambahkan. Gambar yang
diperoleh tersebut disebut kurva pH atau kurva titrasi. Dalam titrasi, suatu
larutan yang harus dinetralkan, misalnya asam dimasukkan kedalam buret lalu
dimasukan kedalam asam, mula-mula cepat, kemudian tetes demi tetes, sampai
titik setara dari titrasi tersebut terrcapai. Salah satu cara untuk mencapai
titik setara adalah melalui perubahan warna dari indikator asam basa. Titik
pada saat dimana indikator berubah warna dinamakan titik akhir ( end point )
dari indikator. Yang diperlukan adalah memadamkan titik akhir indikator dengan
titik setara dari penetralan, ini dapat tercapai jika kita dapat menemukan
indikator yang perubahan warnanya terjadi dalam selang pH yang meliputi pH
sesuai dengan titik setara.
D.
ALAT DAN BAHAN
Alat :
Gelas
kimiaPipet
Buret
Gelas
erlenmeyer Corong Gelas ukur
Fungsi :
Ø Gelas kimia
berfungsi sebagai wadah.
Ø Gelas ukur berfungsi untuk mengukur larutan.
Ø Corong
berfungsi untuk menyaring larutan.
Ø Buret berfungsi
untuk tempat larutan titran.
Ø Gelas
erlenmeyer berfungssi sebagai wadah untuk larutan penitran.
Ø Pipet berfungsi
sebagai alat untuk mengambil indikaator.
Bahan :
1.
NaoH 0,05 M
2.
HCL
3.
Fenoftalien
4.
Tisue / kertas
saring
E.
CARA KERJA
± 5 ml NaoH
|
10 ml HCL
|
§ Dibersihkan buret.
§ Dibilas dengan NaoH yang akan dipakai sebanyak 3 kali.
§ Dimasukkan larutan NaoH menggunakan corong sampai
volumenya melebihi skala nol buret.
§ Diturunkan volume
larutan NaoH pada buret sampai tepat skala nol.
|
§ Diteteskan larutan NaoH dari buret secara
perlahan-lahan tetes demi tetes sampai larutan akan berubah warna.
§ Dicatat keadaan akhir buret.
§ Diulangi percobaan sebanyak 2 kali.
§ Dihitung konsentrasi larutan yang telah dititrasi.
|
§ Ditentukan konsentrasinya dengan menggunakan pipet
gondok.
§ Dimasukkan ke
dalam labu erlenmeyer.
§ Ditambahkan 3 tetes indikator phenoftalien.
|
F.
HASIL
PENGAMATAN
Tabel Hasil Pengamatan Titrasi Asam Basa
Titrasi
|
V asam
|
V basa
|
V rata-rata
|
I
|
10 ml
|
10 ml
|
9.75 ml
|
II
|
10 ml
|
9.5 ml
|
G.
PERHITUNGAN
Titirasi I
V1 . N1 = V2
. N2
10 ml . N1 = 10 ml .
0,05 M
10 ml N1 = 0,5
N1
= 0,05 M
Titrasi II
V1 . N1 = V2
. N2
10 ml . N1 = 9,5 ml .
0,05M
10 ml N1 = 0,475
N1
= 0,0475 M
H.
PEMBAHASAN
Dalam percobaan titrasi asam basa yang telah di lakukan, ( Titrasi HCl
dengan zat titran NaOH ), didapatkan data sebagai berikut:
Reaksi:
HCl(aq) + NaOH(aq)
NaCl(aq) + H2O(l)
Dari reaksi di
atas dapat diketahui bahwa perbandingan mol antara HCl dan NaOH sama sehingga
untuk menghitung konsentrasi dari larutan HCl yang didasarkan atas hasil
percobaan, m aka dapat digunakan persamaan berikut ini:
V1 . N1 = V2
. N2
Keterangan:
M1 = Nolaritas asam (HCL)
M2 = Nolaritas basa kuat (NaOH)
V1 = volume larutan asam
V2 = volume larutan basa
Keterangan:
M1 = Nolaritas asam (HCL)
M2 = Nolaritas basa kuat (NaOH)
V1 = volume larutan asam
V2 = volume larutan basa
Dalam percobaan ke 1, HCl 10 ml dimasukkan ke dalam gelas Erlenmeyer,
kemudian ditambahkan 3 tetes penoftalin.
NaOH 0,01 M 50 ml dimasukkan ke dalam buret, kemudian dibiarkan menetes setetes
demi setetes hingga indikator berubah warna atau titik akhir titrasi tercapai,
yaitu pada saat konsentrasi HCl 0,05 M, dengan PH HCl = 7. Sedangkan dalam
percobaan ke- 2 indikator berubah warna atau titik akhir titrasi tercapai pada
saat konsentrasi HCl 0,0475 M, dengan PH HCl = 11,75.
Berdasarkan teori, larutan asam bila direaksikan dengan larutan basa akan
menghasilkan garam dan air. Sifat asam dan sifat basa akan hilang dengan
terbentukanya zat baru yang disebut garam yang memiliki sifat berbeda dengan
sifat zat asalnya (dalam percobaan ini adalah NaCl) . Karena hasil reaksinya
adalah air yang memiliki sifat netral yang artinya jumlah ion H+
sama dengan jumlah ion OH- maka reaksi itu disebut dengan reaksi
netralisasi atau penetralan. Pada reaksi penetralan, jumlah asam harus ekivalen dengan jumlah basa. Untuk
itu perlu ditentukan titik ekivalen reaksi.
Titik ekivalen merupakan keadaan dimana jumlah mol asam tepat habis bereaksi dengan
jumlahmol basa. Untuk menentukan titik ekivalen pada reaksi asam-basa dapat
digunakan indikator asam-basa. Ketepatan pemilihan indikator merupakan syarat
keberhasilan dalam menentukan titik ekivalen. Pemilihan indikator didasarkan
atas pH larutan hasil reaksi atau garam yang terjadi pada saat titik ekivalen.
Salah satu kegunaan reaksi netralisasi adalah untuk menentukan konsesntrasi
asam atau basa yang tidak diketahui. Penentuan konsentrasi ini dilakukan dengan
titrasi asam-basa.
Titrasi merupakan cara
penentuan konsentrasi suatu larutan dengan volume tertentu denganmenggunakan
larutan yang sudah diketahui konsentrasinya dan mengukur volumenya secara
pasti. Bila titrasi menyangkut titrasi asam-basa maka disebut dengan titrasi
adisi alkalimetri. Larutan yang telah diketahui konsentrasinya disebut dengan
titran. Titran ditambahkan sedikit
demi sedikit (dari dalam buret) pada titrat (larutan yang dititrasi)sampai
terjadi perubahan warna indikator. Saat terjadi perubahan warna indikator, maka
titrasi dihentikan. Saat terjadi perubahan warna indikator dan titrasi diakhiri
disebut dengan titik akhir titrasi dan diharapkan titik akhir titrasi sama
dengan titik ekivalen. Semakin jauh titik akhir titrasi dengan titik ekivalen
maka semakin besar kesalahan titrasi dan oleh karena itu, pemilihan indikator
menjadi sangat penting agar warna indikator berubah saat titik ekivalen
tercapai. Pada saat tercapai titik ekivalen maka pH-nya 7 (netral). .
Rentang pH yang menimbulkan perubahan besar warna indikator disebut dengan
interval transisi. Larutan standar adalah larutan yang disiapkan dengan cara
menimbang secara akurat suatu zat yang
memiliki kemurnian tinggi dan melarutkannya dengan sejumlah tertentu pelarut
dalam gelas erlenmeyer. Larutan standart yang dipersiapkan dengan cara seperti
ini disebut sebagai larutan standart primer. Cara menyiapkan larutan standar
dari zat yang tidak bisa dipastikan kemurniannya dapat dilakukan dengan cara :
Contohnya pada NaOH, NaOH tidak bisa dipakai sebagai larutan standart
primer disebabkan sifatnya yang higroskopis. Jadi NaOH menyerap uap air dari
lingkungan disekitarnya. Jadi NaOH terkontaminasi dengan H2O sehingga apabila
kita menimbang 1 gram NaOH dipastikan NaOH yang ada kurang dari 1 gram akibat
adanya H2O yang sudah diserapnya. Jika kita menginginkan larutan standart NaOH.
Alternatif lain adalah dengan
membuat larutan NaOH dengan konsentrasi tertentu dan kemudian kita menitrasinya
dengan larutan standart primer asam
contohnya adalah dengan memakai larutan HCL ( asam klorida ). Jadi
larutan standar yang disiapkan dengan cara demikian disebut sebagai larutan
standar sekunder.
Jawaban Pasca Pratikum
1.
Indikator Bromis
Timol biru dapat digunakan untuk menentukan pH semua jenis larutan. Brom
timol biru adalah asam dipotrik lemah dan mengalami perubahan warna dalam dua
selang pH salah satu selang pH ialah dari 1,2 ke 2,8 dan perubahan warna dari
merah menjadi kuning, selang lain ialah dari pH 8,0 ke 9,6 dengan perubahan
warna kuning menjadi biru.
2.
Dik : [ NaOH ] = 0,05 M, V = 15,3 mL , Mr = 40
[ HCl ] = 0,1 M , V = 10 mL , Mr =
36,5
Dit : a.
Normalitas ( N ) ..........?
b. Molaritas
(M)...............?
c. Gr / L...........?
penye : a. N.
NaOH = m.ekivalen
= 0,05 N
N.HCl = m ekivalen
= 0,1 N
b. Gr NaOH =
m.V.Mr
= 0,05 x 15,3 x 40
= 36,5 grm
Gr HCl = 0,1 x 10 x 36,5
= 36,5 grm
M NaOH = =
= 0,05 M
M HCl = =
= 0,1 M
C. Gr/L NaOH =
= 2000 Gr/L
Gr/L HCl =
3650
Grm/L
I.
KESIMPULAN
1. Titrasi merupakan cara
penentuan konsentrasi suatu larutan dengan volume tertentu dengan menggunakan
larutan yang sudah diketahui konsentrasinya dan mengukur volumenya secara
pasti. Bila titrasi menyangkut titrasi asam-basa maka disebut dengan titrasi
adisi-alkalimetri. Larutan yang telah diketahui konsentrasinya disebut dengan
titran.
2. Jika asam ditetesi basa, maka PH larutan naik, sebaliknya jika larutan basa
ditetesi asam maka PH larutan akan turun.
3. Larutan standar adalah larutan yang disiapkan dengan cara menimbang secara
akurat suatu zat yang memiliki kemurnian tinggi dan melarutkannya dengan
sejumlah tertentu pelarut dalam labu ukur. Larutan standar yang dipersiapkan
dengan cara seperti ini disebut sebagai larutan standart primer,
sedangkan larutan standar yang kemolarannya ditetapkan dengan larutan standar
primer disebut sebagai larutan standar
sekunder. Sebelum digunakan dalam percobaan, buret harus dibilas dengan larutan
yang akan dimasukkan agar tidak terdapat cairan/ zat-zat lain yang masih
tersisa di dalam buret, sehingga buret bersifat netral.
4. Titik ekivalen merupakan keadaan dimana jumlah mol asam tepat habis
bereaksi dengan jumlah mol basa.
5. Titik akhir titrasi adalah titik dalam titrasi yang ditandai dengan
perubahan warna indikator.
6. Perubahan PH dalam titrasi asam basa disebut kurva titrasi.
J.
KEMUNGKINAN
KESALAHAN
Kemungkinan
kesalahan yang terjadi :
1. Kurang telitinya dalam melakukan proses titrasi.
2. Kurangnya
ketelitian dalam memperhatikan perubahan warna indikator.
DAFTAR PUSTAKA
Brady, J. E
& Holum J.L 1988. Fundamental of
Chemistry, 3 Ed. New York : John Wiley & Inc.
Brady, J.E
& Humiston, G.E. 1780. Gemeral
Chemistry, 2 Ed. New York : Jhon Wiley & Sons Inc.
Keenam, et
al.1984. Kimia Untuk Universitas 1. Edisi
keenam. ( alih bahasa A. Hadyana pudjaatmaka). Jakarta : Erlangga.
Harry
Firman.1990. Kimia Dasar II. Bandung
: IKIP Bandung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar