Rabu, 04 Juni 2014

laporan praktikum kimia titrasi asam basa



KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke-hadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, kami yang masih dalam tahapan belajar ini dapat menyelesaikan laporan kimia tentang titrasi asam-basa.
Dalam makalah ini kami menjelaskan mengenai penjelasan secara singkat tentang titrasi asam-basa.Adapuan tujuan kami menulis laporan ini yang utama untuk memenuhi tugas sekolah dari guru pembimbing kami.Kami menulis laporan ini untuk mengetahui lebih rinci mengenai titrasi asam-basa.
Kami mengucapkan banyak terimakasih kepada yang telah meluruskan praktikum kami.Kami menyadari laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu,diharapkan kritik dan saran pembaca demi kesempurnaan laporan kami ini untuk ke depannya. Semoga  laporan  ini  bermanfaat  bagi  kita  semua  terutama  bagi  pembaca khususnya siswa-siswi SMA Negeri 2 Mataram.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita.Amin.




Mataram, 26 Februari 2013


Penulis



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Berbicara masalah reaksi asam-basa atau yang biasa juga disebut reaksi penetralan, maka tidak akan terlepas dari titrasi asam-basa. Perlu dipahami terlebih dahulu bahwa reaksi asam-basa atau reaksi penetralan dapat dilakukan dengan titrasi asam-basa.Adapun titrasi asam-basa ini terdiri dari titrasi asam kuat-basa kuat, titrasi asam kuat-basa lemah, titrasi basa lemah-asam kuat, dan titrasi asam lemah-basa lemah.Titrasi asam-basa ini ditentukan oleh titik ekuivalen (equivalent point) dengan menggunakan indikator asam-basa.
Setelah mengetahui hal tersebut, perlu juga kita ketahui bahwa titrasi merupakan suatu metode untuk menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan zat lain yang sudah dikethaui konsentrasinya. Titrasi biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi, sebagai contoh bila melibatan reaksi asam basa maka disebut sebagai titrasi asam basa, titrasi redox untuk titrasi yang melibatkan reaksi reduksi oksidasi, titrasi kompleksometri untuk titrasi yang melibatan pembentukan reaksi kompleks dan lain sebagainya.
     Zat yang akan ditentukan kadarnya disebut sebagai “titrant” dan biasanya diletakan di dalam Erlenmeyer, sedangkan zat yang telah diketahui konsentrasinya disebut sebagai “titer” dan biasanya diletakkan di dalam “buret”. Baik titer maupun titrant biasanya berupa larutan. Pada laporan kali ini akan di jelaskan mengenai titrasi asam-basa.
1.3  Maksud dan Tujuan Percobaan
1.3.1     Maksud Percobaan
Maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui dan memahami serta menentukan konsentrasi asam atau basa melalui metode titrasi dengan menggunakan alat bantu pipet tetes, stan, buret, dan alat titrasi.

1.3.2     Tujuan Percobaan
Untuk menentukn kadar suatu larutan HCL dengan menggunakan NaOH 0,1 M
1.4  Manfaat
Beberapa manfaat yang bisa kita peroleh dari percobaan/penelitian yang kita lakukan yaitusebagai berikut.
Dengan adanya penelitian/percobaan ini yaitu pengetahuan siswa menjadi lebih bertambah dalam menentukan konsentrasi asam/basa dari suatu larutan yang diujikan sehingga diharapkan dapat bermanfaat pada kehidupan sehari-hari


BAB II
PEMBAHASAN

5.1Titrasi Asam-Basa
Reaksi asam-basa dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi larutan asam atau larutan basa. Penentuan itu dilakukan dengan cara meneteskan larutan basa yang telah diketahui konsentrasiya ke dalam sejumlah larutan asam yang belum diketahui konsentrasinya atau sebaliknya. Penetesan dilakukan hingga asam dan basa tepat habis bereaksi.Waktu penambahan hingga asam dan basa tepat habis disebut titik ekuivalen.Dengan demikian, konsentrasi asam atau basa dapat ditentukan jika salah satunya sudah diketahui. Proses penetapan konsentrasi tersebut disebut titrasi asam-basa.
Titrasi merupakan suatu metode untuk menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan zat lain yang sudah dikethaui konsentrasinya. Titrasi biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi, sebagai contoh bila melibatan reaksi asam basa maka disebut sebagai titrasi asam basa, titrasi redox untuk titrasi yang melibatkan reaksi reduksi oksidasi, titrasi kompleksometri untuk titrasi yang melibatan pembentukan reaksi kompleks dan lain sebagainya.
           Zat yang akan ditentukan kadarnya disebut sebagai “titrant” dan biasanya diletakan di dalam Erlenmeyer, sedangkan zat yang telah diketahui konsentrasinya disebut sebagai “titer” dan biasanya diletakkan di dalam “buret”. Baik titer maupun titrant biasanya berupa larutan. Pada laporan kali ini akan di jelaskan mengenai titrasi asam-basa.
5.2 Prinsip Titrasi Asam-Basa
            Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun titrant.Titrasi asam basa berdasarkan reaksi penetralan.Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa dan sebaliknya.
            Titrant ditambahkan titer sedikit demi sedikit sampai mencapai keadaan ekuivalen ( artinya secara stoikiometri titrant dan titer tepat habis bereaksi). Keadaan ini disebut sebagai “titik ekuivalen”.
            Pada saat titik ekuivalent ini maka proses titrasi dihentikan, kemudian kita mencatat volume titer yang diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut. Dengan menggunakan data volume titrant, volume dan konsentrasi titer maka kita bisa menghitung kadar titrant.
5.3 Cara Mengetahui Titik Ekuivalen
Ada dua cara umum untuk menentukan titik ekuivalen pada titrasi asam basa.
      Memakai pH meter untuk memonitor perubahan pH selama titrasi dilakukan, kemudian membuat plot antara pH dengan volume titrant untuk memperoleh kurva titrasi. Titik tengah dari kurva titrasi tersebut adalah “titik ekuivalent”.
      Memakai indikator asam basa. Indikator ditambahkan pada titrant sebelum proses titrasi dilakukan. Indikator ini akan berubah warna ketika titik ekuivalen terjadi, pada saat inilah titrasi kita hentikan.
      Pada umumnya cara kedua dipilih disebabkan kemudahan pengamatan, tidak diperlukan alat tambahan, dan sangat praktis.
            Indikator yang dipakai dalam titrasi asam basa adalah indicator yang perbahan warnanya dipengaruhi oleh pH.Penambahan indicator diusahakan sesedikit mungkin dan umumnya adalah dua hingga tiga tetes.
            Untuk memperoleh ketepatan hasil titrasi maka titik akhir titrasi dipilih sedekat mungkin dengan titik equivalent, hal ini dapat dilakukan dengan memilih indicator yang tepat dan sesuai dengan titrasi yang akan dilakukan.
            Keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan warna indicator disebut sebagai “titik akhir titrasi”.
5.4 Rumus Umum Titrasi
                Pada saat titik ekuivalen maka mol-ekuivalent asam akan sama dengan mol-ekuivalent basa, maka hal ini dapat kita tulis sebagai berikut:
mol-ekuivalen asam = mol-ekuivalen basa
            Mol-ekuivalen diperoleh dari hasil perkalian antara Normalitas dengan volume maka rumus diatas dapat kita tulis sebagai:
NxV asam = NxV basa
            Normalitas diperoleh dari hasil perkalian antara molaritas (M) dengan jumlah ion H+ pada asam atau jumlah ion OH pada basa, sehingga rumus diatas menjadi:
nxMxV asam = nxVxM basa
Keterangan :
N = Normalitas
V = Volume
M = Molaritas
n = jumlah ion H+ (pada asam) atau OH – (pada basa)


BAB III
METODE KERJA
A.      Alat dan Bahan:
a.       Alat:
·         3 buah tabung Erlenmeyer
·         Buret
·         Gelas ukur
·         Pipet tetes
·         Tabung Ukur
b.      Bahan:
·         10 ml larutan HCl dalam sebuah erlenmeyer
·         3 tetes fenolftalein (PP) dalam sebuah erlenmeyer
·         Larutan NaOH
B.      Cara Kerja:
1.        Masukkan 10 mL larutan HCl dan 3 tetes indikator fenolftalein ke dalam masing-masing erlenmeyer.
2.       Isi buret dengan larutan NaOH 0,1 M hingga garis 0 mL.
3.       Tetesi larutan HCl dengan larutan NaOH. Penetesan harus dilakukan secara hati-hati dan erlenmeyer terus-menerus diguncangkan.Penetesan dihentikan pada saat terjadi perubahan warna yang tetap, yaitu merah muda.
4.       Ulangi prosedur di atas hingga diperoleh 3 data yang hampir sama.






BAB IV
Hasil Pengamatan dan Analisis Data

C.      Hasil Pengamatan:
No.
Volum larutan HCl yang digunakan
Volum larutan NaOH yang digunakan
1.        
10 ml
4.1 ml
2.        
10 ml
3 ml
3.        
10 ml
3,2 ml

D.      Anlisis Data/Pertanyaan:
1.       Tentukan volum rerata larutan NaOH yang digunakan.
2.       Tentukan jumlah mol NaOH yang digunakan.
3.       Tentukan jumlah mol HCl berdasarkan perbandingan koefisien reaksi.
NaOH(aq) + HCl (aq)                       NaCl(aq) + H20 (l)
4.       Tentukan kemolaran suatu larutan HCl tersebut.
E.       Jawaban:
1.       Diketahui:
Volum NaOH pada Gelas 1 (V1) = 4,1 mL
Volum NaOH pada Gelas 2  (V2) = 3 mL
Volum NaOH pada Gelas 3  (V3)= 3,2 mL
Ditanyakan: Volum rerata NaOH yang digunakan = ... ?




Penyelesaian:
            Volum rerata NaOH yang digunakan :

 =  =  = 3,43 mL
Jawaban: Jadi volum rerata NaOH yang digunakan adalah 3,43 mL.


2.       Diketahui:
M = 0,1 M
V NaOH  = 3,43 mL
Ditanyakan:
            n NaOH = ... ?
Penyelesaian:
            n NaOH = M . V
                        = 0,1 M .  3,43 mL
                        = 0,343 mol.
Jawaban:
            Jadi jumlah mol NaOH yang digunakan adalah 0,343 mol.

3.       Diketahui:
Koefisien HCl        = 1
Koefisien NaOH   = 1
n NaOH                  = 0,343 mol
Ditanyakan:
            n HCl berdasarkan  perbandingankoefisien reaksi= ... ?
Penyelesaian:
            n HCl berdasarkan perbandingan koefisien reaksi tsb. adalah :
                       
                       
                  
                   = 0,343 mol.

Jawaban:
            Jadi jumlah mol HCl berdasarkan perbandingan koefisien reaksi tersebut adalah 0,343 mol.                              

4.       Diketahui:
n HCl = 0,343 mol
V HCl = 10 mL
Ditanyakan:
            M HCl = ... ?
Penyelesaian:
            M HCl   = 
                       
                        =
                        = 0,0343 M
                        = 0,034 M
Jawaban:
            Jadi kemolaran larutan HCl tersebut adalah 0,034 M.




BAB V
Penutup



Kesimplan :



Kadar atau konsentrasi HCl (asam) dapat ditentukan melalui proses titrasi, yaitu dengan mereaksikan HCl (titrat) yang ditambahkan 2 tetes indicator PP dengan NaOH (titran). Titrasi harus dihentikan bila larutan HCl yang dicampurkan dengan 2 tetes indikator berubah warna dari bening hingga menjadi pink. Volume NaOH yang digunakan akan mempengaruhi hasil konsentrasi dari HCl tersebut, sehingga harus sangat berhati-hati melakukan praktikum ini. Setelah volume NaOH (basa) diketahui, barulah Konsentrasi HCl (asam) bisa dihitung.
































DAFTAR PUSTAKA

Purba, Michael. 2006. Kimia Untuk SMA Kelas XI Semester 1. Jakarta: Airlangga

Susilowati, Endang., Theory and Application of Chemistry, Bilingual, Jakarta.




LAPORAN AKHIR
PRAKTIKUM KIMIA DASAR I


JUDUL PERCOBAAN                : TITRASI ASAM BASA
JURUSAN/ PRODI/ KLS            : FISIKA / S1 PEND FISIKA /A
KELOMPOK                                : VI ( ENAM)
REKAN KERJA                           :
1.    ABU BAKAR
2.    DESI FITRIANI
3.    DEWI SINTA ISMAIL
4.    DIANA LADIKU
5.    FARID PRASETIAWAN


LABORATORIUM KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN IPA
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2011


MODUL  III


A.    JUDUL           :  TITRASI  ASAM  BASA
B.     TUJUAN        :
Melakukan titrasi asam basa untuk menentukan konsentrasi suatu larutan asam.
C.    DASAR TEORI
Titrasi merupakan salah satu cara untuk menentukan konsentrasi larutan suatu zat dengan cara mereaksikan larutan tersebut dengan zat lain yang diketahui konsentrasinya. Prinsip dasar titrasi asam basa didasarkan pada reaksi nertalisasi asam basa.
Titik ekivalen pada titrasi asam basa adalah pada saat dimana sejumlah asam tepat di netralkan oleh sejumlah basa. Selama titrasi berlangsung terjadi perubahan pH. pH pada titik equivalen ditentukan oleh sejumlah garam yang dihasilkan dari netralisaasi asam basa. Indikator yang digunakan pada titrasi asam basa adalah yang memiliki rentang pH dimana titik equivalen berada. Pada umumnya titik equivalen tersebut sulit untuk diamati, yang mudah dimatai adalah titik akhir yaang dapat terjadi sebelum atau sesudah titik equivalen tercapai. Titrasi harus dihentikan pada saat titik akhir titrasi tercapai, yang ditandai dengan perubahan warna indikator. Titik akhir titrasi tidak selalu berimpit dengan titik equivalen. Dengan pemilihan indikator yang tepat, kita dapat memperkecil kesalahan titrasi.
Pada titrasi asam kuat dan basa kuat, asam lemah dan basa lemah dalam air akan terurau dengan sempurna. Oleh karena itu ion hidrogen dan ion hidroksida selama titrasi dapat langsung dihitung dari jumlah asam atau basa yang ditambahkan. Pada titik equivalen dari titrasi asam air, yaitu sama dengan 7.
Secara umum, asam memiliki sifat sebagai berikut:
1.      Rasa: masam ketika dilarutkan dalam air.
2.      Sentuhan: asam terasa menyengat bila disentuh, terutama bila asamnya asam kuat.
3.      Kereaktifan: asam bereaksi hebat dengan kebanyakan logam, yaitu korosif terhadap logam.
4.      Hantaran listrik: asam, walaupun tidak selalu ionik, merupakan elektrolit.
5.      mengubah lakmus biru menjadi merah

Sifat-sifat Basa :
1.      Kaustik
2.      Rasanya pahit
3.      Licin seperti sabun
4.      Nilai pH lebih dari sabun (>7)
5.      Mengubah warna lakmus merah menjadi biru
6.      Dapat menghantarkan arus listrik

Titrasi Asam Kuat - Basa Kuat
Contoh :
Asam kuat : HCl
Basa kuat   : NaOH
Persamaan Reaksi :
HCl + NaOH   →   NaCl + H2O
Reaksi ionnya :
H+ + OH-   →   H2O
Kurva Titrasi Asam Kuat Basa Kuat








            Titrasi asam basa merupakan contoh analisis glumetri, yaitu suatu cara atau  metode yang menggunakan larutan yang disebut titran dan dilepaskan dari perangkat gelas yang disebut buret. Titik dalam titrasi dimana titran yang telah ditambahkan cukup untuk bereaksi secara tepat dengan senyawa yang ditentukan disebut titik ekivalen atau titik stoikhiometri, titik ini sering ditandai dengan perubahan warna senyawa yang disebut indikator.
           
Berikut ini syarat-syarat yang diperlukan agar titrasi yang dilakukan berhasil :
1.      Konsentrasi titrasi harus diketahui. Larutan seperrti ini disebut larutan standar.
2.      Reaksi yang tepat antara titran dan senyawa yang dianalisis harus diketahui.
3.      Titik stoikhiomtri atau titik ekivalen harus diketahui. Indikator yang memberiakan perubahan warna, atau sangat dekat pada titik ekivalen yang sering digunakan. Titik pada saat indikator berubah warna disebut titik akhir.
4.      Volume titran yang dibutuhkan untuk mencapai titik ekivalen harus diketahui setepat mungkin.
Proses titrasi asam basa sering dipantau dengan penggambaran pH larutan yang dianalisis sebagai fungsi jumlah titran yang ditambahkan. Gambar yang diperoleh tersebut disebut kurva pH atau kurva titrasi. Dalam titrasi, suatu larutan yang harus dinetralkan, misalnya asam dimasukkan kedalam buret lalu dimasukan kedalam asam, mula-mula cepat, kemudian tetes demi tetes, sampai titik setara dari titrasi tersebut terrcapai. Salah satu cara untuk mencapai titik setara adalah melalui perubahan warna dari indikator asam basa. Titik pada saat dimana indikator berubah warna dinamakan titik akhir ( end point ) dari indikator. Yang diperlukan adalah memadamkan titik akhir indikator dengan titik setara dari penetralan, ini dapat tercapai jika kita dapat menemukan indikator yang perubahan warnanya terjadi dalam selang pH yang meliputi pH sesuai dengan titik setara.










D.    ALAT DAN BAHAN
Alat :


    Gelas kimiaPipet                           Buret





             Gelas erlenmeyer             Corong                      Gelas ukur
Fungsi :
Ø  Gelas kimia berfungsi sebagai wadah.
Ø  Gelas ukur  berfungsi untuk mengukur larutan.
Ø  Corong berfungsi untuk menyaring larutan.
Ø  Buret berfungsi untuk tempat larutan titran.
Ø  Gelas erlenmeyer berfungssi sebagai wadah untuk larutan penitran.
Ø  Pipet berfungsi sebagai alat untuk mengambil indikaator.
Bahan :
1.      NaoH 0,05 M
2.      HCL
3.      Fenoftalien
4.      Tisue / kertas saring



E.     CARA KERJA


± 5 ml NaoH

10 ml HCL


§  Dibersihkan buret.
§  Dibilas dengan NaoH yang akan dipakai sebanyak 3 kali.
§  Dimasukkan larutan NaoH menggunakan corong sampai volumenya melebihi skala nol buret.
§  Diturunkan volume  larutan NaoH pada buret sampai tepat skala nol.

§  Diteteskan larutan NaoH dari buret secara perlahan-lahan tetes demi tetes sampai larutan akan berubah warna.
§  Dicatat keadaan akhir buret.
§  Diulangi percobaan sebanyak 2 kali.
§  Dihitung konsentrasi larutan yang telah dititrasi.

§  Ditentukan konsentrasinya dengan menggunakan pipet gondok.
§  Dimasukkan ke  dalam labu erlenmeyer.
§  Ditambahkan 3 tetes indikator phenoftalien.




























F.     HASIL PENGAMATAN

Tabel Hasil Pengamatan Titrasi Asam Basa
Titrasi
V asam
V basa
V rata-rata
I
10 ml
10 ml
9.75 ml
II
10 ml
9.5 ml

G.    PERHITUNGAN
Titirasi I
 V1 . N1 = V2 . N2
10 ml . N1 = 10 ml . 0,05 M
10 ml N1 = 0,5
N1
       = 0,05 M
Titrasi II
V1 . N1 = V2 . N2
10 ml . N1 = 9,5 ml . 0,05M
10 ml N1   = 0,475
N1
      = 0,0475 M



H.    PEMBAHASAN
Dalam percobaan titrasi asam basa yang telah di lakukan, ( Titrasi HCl dengan zat titran NaOH ), didapatkan data sebagai berikut:
 Reaksi:
HCl(aq) + NaOH(aq)               NaCl(aq) + H2O(l)
Dari reaksi di atas dapat diketahui bahwa perbandingan mol antara HCl dan NaOH sama sehingga untuk menghitung konsentrasi dari larutan HCl yang didasarkan atas hasil percobaan, m aka dapat digunakan persamaan berikut ini:
V1 . N1 = V2 . N2
Keterangan:
M1 = Nolaritas asam (HCL)
M2 = Nolaritas basa kuat (NaOH)
V1  = volume larutan asam
V2  = volume larutan basa
Dalam percobaan ke 1, HCl 10 ml dimasukkan ke dalam gelas Erlenmeyer, kemudian  ditambahkan 3 tetes penoftalin. NaOH 0,01 M 50 ml dimasukkan ke dalam buret, kemudian dibiarkan menetes setetes demi setetes hingga indikator berubah warna atau titik akhir titrasi tercapai, yaitu pada saat konsentrasi HCl 0,05 M, dengan PH HCl = 7. Sedangkan dalam percobaan ke- 2 indikator berubah warna atau titik akhir titrasi tercapai pada saat konsentrasi HCl 0,0475 M, dengan PH HCl = 11,75.
Berdasarkan teori, larutan asam bila direaksikan dengan larutan basa akan menghasilkan garam dan air. Sifat asam dan sifat basa akan hilang dengan terbentukanya zat baru yang disebut garam yang memiliki sifat berbeda dengan sifat zat asalnya (dalam percobaan ini adalah NaCl) . Karena hasil reaksinya adalah air yang memiliki sifat netral yang artinya jumlah ion H+ sama dengan jumlah ion OH- maka reaksi itu disebut dengan reaksi netralisasi atau penetralan. Pada reaksi penetralan, jumlah  asam harus ekivalen dengan jumlah basa. Untuk itu perlu ditentukan titik ekivalen reaksi.
Titik ekivalen merupakan keadaan dimana jumlah mol asam tepat habis bereaksi dengan jumlahmol basa. Untuk menentukan titik ekivalen pada reaksi asam-basa dapat digunakan indikator asam-basa. Ketepatan pemilihan indikator merupakan syarat keberhasilan dalam menentukan titik ekivalen. Pemilihan indikator didasarkan atas pH larutan hasil reaksi atau garam yang terjadi pada saat titik ekivalen. Salah satu kegunaan reaksi netralisasi adalah untuk menentukan konsesntrasi asam atau basa yang tidak diketahui. Penentuan konsentrasi ini dilakukan dengan titrasi asam-basa.
Titrasi merupakan cara penentuan konsentrasi suatu larutan dengan volume tertentu denganmenggunakan larutan yang sudah diketahui konsentrasinya dan mengukur volumenya secara pasti. Bila titrasi menyangkut titrasi asam-basa maka disebut dengan titrasi adisi alkalimetri. Larutan yang telah diketahui konsentrasinya disebut dengan titran. Titran ditambahkan sedikit demi sedikit (dari dalam buret) pada titrat (larutan yang dititrasi)sampai terjadi perubahan warna indikator. Saat terjadi perubahan warna indikator, maka titrasi dihentikan. Saat terjadi perubahan warna indikator dan titrasi diakhiri disebut dengan titik akhir titrasi dan diharapkan titik akhir titrasi sama dengan titik ekivalen. Semakin jauh titik akhir titrasi dengan titik ekivalen maka semakin besar kesalahan titrasi dan oleh karena itu, pemilihan indikator menjadi sangat penting agar warna indikator berubah saat titik ekivalen tercapai. Pada saat tercapai titik ekivalen maka pH-nya 7 (netral). .
Rentang pH yang menimbulkan perubahan besar warna indikator disebut dengan interval transisi. Larutan standar adalah larutan yang disiapkan dengan cara menimbang secara akurat suatu zat  yang memiliki kemurnian tinggi dan melarutkannya dengan sejumlah tertentu pelarut dalam gelas erlenmeyer. Larutan standart yang dipersiapkan dengan cara seperti ini disebut sebagai larutan standart primer. Cara menyiapkan larutan standar dari zat yang tidak bisa dipastikan kemurniannya dapat dilakukan dengan cara :
Contohnya pada NaOH, NaOH tidak bisa dipakai sebagai larutan standart primer disebabkan sifatnya yang higroskopis. Jadi NaOH menyerap uap air dari lingkungan disekitarnya. Jadi NaOH terkontaminasi dengan H2O sehingga apabila kita menimbang 1 gram NaOH dipastikan NaOH yang ada kurang dari 1 gram akibat adanya H2O yang sudah diserapnya. Jika kita menginginkan larutan standart NaOH.
Alternatif  lain adalah dengan membuat larutan NaOH dengan konsentrasi tertentu dan kemudian kita menitrasinya dengan larutan standart primer asam  contohnya adalah dengan memakai larutan HCL ( asam klorida ). Jadi larutan standar yang disiapkan dengan cara demikian disebut sebagai larutan standar  sekunder.



Jawaban Pasca Pratikum
1.      Indikator Bromis  Timol biru dapat digunakan untuk menentukan pH semua jenis larutan. Brom timol biru adalah asam dipotrik lemah dan mengalami perubahan warna dalam dua selang pH salah satu selang pH ialah dari 1,2 ke 2,8 dan perubahan warna dari merah menjadi kuning, selang lain ialah dari pH 8,0 ke 9,6 dengan perubahan warna kuning menjadi biru.
2.      Dik : [ NaOH ] = 0,05 M, V = 15,3 mL , Mr = 40
[ HCl ]  = 0,1 M , V = 10 mL , Mr = 36,5
Dit : a. Normalitas ( N ) ..........?
                    b. Molaritas (M)...............?
                    c. Gr / L...........?
penye : a. N. NaOH =  m.ekivalen
                                 = 0,05 N
               N.HCl       =  m ekivalen
                                 = 0,1 N
b. Gr NaOH = m.V.Mr
                     = 0,05 x 15,3 x 40
                     = 36,5 grm
Gr HCl  = 0,1 x 10 x 36,5
              = 36,5 grm
M NaOH =  =
              = 0,05 M
M HCl = = 
            = 0,1 M
C. Gr/L NaOH =
                         = 2000 Gr/L
    Gr/L HCl =
                                3650 Grm/L


                             
           









I.       KESIMPULAN
1.      Titrasi merupakan cara penentuan konsentrasi suatu larutan dengan volume tertentu dengan menggunakan larutan yang sudah diketahui konsentrasinya dan mengukur volumenya secara pasti. Bila titrasi menyangkut titrasi asam-basa maka disebut dengan titrasi adisi-alkalimetri. Larutan yang telah diketahui konsentrasinya disebut dengan titran.
2.      Jika asam ditetesi basa, maka PH larutan naik, sebaliknya jika larutan basa ditetesi asam maka PH larutan akan turun.
3.      Larutan standar adalah larutan yang disiapkan dengan cara menimbang secara akurat suatu zat yang memiliki kemurnian tinggi dan melarutkannya dengan sejumlah tertentu pelarut dalam labu ukur. Larutan standar yang dipersiapkan dengan cara seperti ini disebut sebagai larutan standart  primer, sedangkan larutan standar yang kemolarannya ditetapkan dengan larutan standar primer  disebut sebagai larutan standar sekunder. Sebelum digunakan dalam percobaan, buret harus dibilas dengan larutan yang akan dimasukkan agar tidak terdapat cairan/ zat-zat lain yang masih tersisa di dalam buret, sehingga buret bersifat netral.
4.      Titik ekivalen merupakan keadaan dimana jumlah mol asam tepat habis bereaksi dengan jumlah mol basa.
5.      Titik akhir titrasi adalah titik dalam titrasi yang ditandai dengan perubahan warna indikator.
6.      Perubahan PH dalam titrasi asam basa disebut kurva titrasi.

J.      KEMUNGKINAN KESALAHAN
Kemungkinan kesalahan yang terjadi :
1.      Kurang telitinya dalam melakukan proses titrasi.
2.      Kurangnya ketelitian dalam memperhatikan perubahan warna indikator.







DAFTAR PUSTAKA

Brady, J. E & Holum J.L 1988. Fundamental of Chemistry, 3 Ed. New York : John Wiley & Inc.
Brady, J.E & Humiston, G.E. 1780. Gemeral Chemistry, 2 Ed. New York : Jhon Wiley & Sons Inc.
Keenam, et al.1984. Kimia Untuk Universitas 1. Edisi keenam. ( alih bahasa A. Hadyana pudjaatmaka). Jakarta : Erlangga.
Harry Firman.1990. Kimia Dasar II. Bandung : IKIP Bandung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar